Menimbang Prospektifnya Pasar KPR
- Kategori Induk: PROPERTY & REFERENSI BISNIS
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Sabtu, 23 Mei 2009 20:22
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 1814
- 23 Mei
Perbankan semakin gencar menggelontorkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Mereka pun bersaing menghadirkan pelayanan yang semakin mudah dan cepat. Konsumen jelas di untungkan. Sayang,Sekarang ini menyusun rencana membeli rumah seakan berkejaran melawan waktu.
Biarpun sudah mengincar rumah berikut lokasinya, kalau terus menerus berpikir, “Ah, entar aja….” dijamin rumah incaran itu akan berubah menjadi rumah impian belaka. Kalau tak sigap bertindak, rumah incaran tak akan pernah terbeli. Dalam hitungan kurang dari satu bulan harga rumah bisa melesat tak karuan.Perkara cekaknya tabungan untuk membeli rumah secara tunai itu wajar dialami semua orang. Jadi, jangan menjadikan itu sebagai alasan untuk menunda-nunda rencana membeli rumah. Mau sekarang atau nanti, Anda tetap harus membeli rumah. Kalau Anda mau menunggu isi tabungan cukup, kapan itu tercapai?. Harus diakui sebagian besar dari kita hanya bisa membeli rumah secara kredit. Sampai kapan pun meningkatnya isi tabungan selalu kalah laju dengan peningkatan rumah.Untuk urusan rumah ini mau tidak mau kita mesti menggantungkan harapan pada berbagai produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Mumpung bisnis properti tengah menggeliat bangun dari tidur panjang, nih. Banyak pengembang menawarkan kompleks perumahan di pelbagai pelosok. Memang sih kebanyakan berlokasi di daerah-daerah pinggiran atau luar kota yang jauh dari pusat keramaian. Tapi, apa boleh buat, di lokasi-lokasi seperti itulah harga rumah dan tanah masih cukup terjangkau biarpun secara kredit.
Bisnis properti rumah berjalan beriringan dengan bisnis KPR. Lihat saja, dalam satu tahun terakhir ini bank-bank gencar sekali menawarkan produk KPR. Mereka mengklaim keunggulan masing-masing. Mulai dari adu rendah bunga, kemudahan prosedur pengajuan kredit, sampai luasnya dukungan kepada pengembang. Seolah-olah mereka ingin mengatakan bahwa KPR tak cuma bisa bergandengan dengan BTN. “Kini masyarakat memang memiliki banyak pilhan produk KPR.
Tak tanggung-tanggung bank-bank berkelas beramai-ramai terjun ke kredit ini. Sebut saja Bank Central Asia (BCA), Bank Mandiri, Bank Mega atau bank sekelas Bank Bukopin, seakan tak rela kalau renyahnya pangsa KPR hanya dinikmati BTN. Tak ayal merekapun berupaya sedemikian rupa agar produk mereka masuk dalam daftar pilihan yang dipertimbangkan calon debitur KPR.
Potensi Terbesar
Nah, berkaca pada volume KPR, sebut saja Bank Mandiri -nilai rata-rata total pinjaman nasabah umumnya berkisar antara Rp80 juta - Rp 120 juta. Artinya, jika berhitung dengan nilai pinjaman tersebut, bisa disimpulkan, pasar KPR terbesarnya ialah mereka yang bergaji dikisaran Rp2,5 juta – Rp3,5 juta.
Namun, jika sedikit merunut ke belakang –ketika terjadi devaluasi rupiah terhadap dolar AS dari Rp2.500 menjadi Rp9.000an–, penghasilan Rp1,2juta saat itu bisa diartikan setara gaji buruh profesional perkotaan yang berada di kisaran Rp 2,5 juta–Rp 3,5 juta saat ini.
Jadi, mereka inilah pasar terbesar yang sangat membutuhkan akses kepemilikan rumah tinggal. Dan, mereka inilah buruh perkotaan yang sejatinya layak mendapat perhatian. Alasannya, kebutuhannya sudah sangat mendesak. Kemudian, meski cekak -mereka masih punya daya beli. Ketiga, mereka adalah orang-orang yang cukup profesional. Keempat, rumah pertama. Artinya, risikonya jauh lebih kecil ketimbang konsumen spekulatif. Jadi, mau apa lagi segera pertimbangkan prospektifnya pasar KPR.