Masih Bergantung Daya Beli
- Kategori Induk: PROPERTY & REFERENSI BISNIS
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Selasa, 17 Maret 2009 19:02
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 6863
- 17 Mar
Pemakai bahan bangunan sebagian besar terserap di industri properti, sedangkan sektor ritelnya masih mengandalkan keadaan pasar. Sebagian besar para produsen memang masih mengharapkan keadaan dapat kembali pulih sehingga sektor ritel kembali berjalan.
Bagi kalangan produsen bahan bangunan, kondisi yang ada seperti sekarang ini justru merupakan peluang yang harus di manfaatkan. Salah satunya mungkin dengan meluncurkan produk baru dengan harga yang terjangkau. Sedangkan permintaan konsumen terhadap bahan-bahan bangunan tetap tinggi, meskipun tren harga tetap naik, mengikuti kenaikan harga bahan bakar minyak dan harga komoditas lainnya. Perubahan lifestyle properti turut mendongkrak penjualan.
Sejak kenaikan harga BBM permintaan bahan bangunan terus turun. Apalagi semuanya terpengaruh oleh BI rate dan inflasi, karena terkait dengan suku bunga perbankan dan daya beli. Kalau BI rate terus menurun dan tingkat inflasi membaik, maka tahun depan permintaan bahan bangunan masih bisa tumbuh lebih dari 20%.
Kenaikan harga bahan bangunan membuat masyarakat yang berniat atau telanjur tengah merenovasi dan membangun rumah dipaksa mengevaluasi kembali rencana atau kegiatan pembangunan rumah yang sedang berlangsung.
Prioritas pekerjaan disusun ulang, utamakan kegiatan yang paling mendesak dilakukan. Penghematan pengeluaran dengan membelanjakan bahan bangunan yang paling diperlukan untuk pembangunan sekarang.
Di perkirakan kontribusi sektor bahan bangunan pada pembangunan perumahan di Indonesia tahun ini cukuo besar atau sekitar 400 ribu unit rumah dari rencana pemerintah membangun sekitar satu juta unit rumah sangat sederhana (RSS).
Jadi permintaan bahan bangunan tetap tumbuh, meskipun daya beli masyarakat turun karena desakan kebutuhan masyarakat untuk merealisasikan kepemilikan rumahnya. Meskipun demikian, akibat turunnya daya beli masyarakat, terjadi pergeseran permintaan produk dari produk yang berkualitas standar ke produk yang lebih tipis tapi masih memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).