Konsep Mixed Use, Makin Mekar Berkibar
- Kategori Induk: PROPERTY & REFERENSI BISNIS
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Kamis, 22 September 2011 16:48
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 1982
- 22 Sep
Di awal mengembangkan properti berkonsep bangunan campuran alias mixed use atau konsep bangunan yang mengadopsi berbagai macam kebutuhan, seperti tempat tinggal (residensial), perkantoran (office) dan pusat belanja (mal) sejatinya muncul karena keinginan masyarakat yang enggan berpindah-pindah tempat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu juga, soal efektifitas karena semakin dimudahkan dalam menuntaskan niat kebutuhan yang dicari. “Inilah yang membuktikan bahwa masyarakat kota metropolitan butuh efektifitas dalam melakukan setiap kegiatannya,” kata Anton Sitorus Head of Research, Jones Lang LaSalle.
Selain itu, konsep properti mixed use selalu menjadi solusi atas kondisi masa kini yang penuh dengan kesemrawutan mulai dari kemacetan, jarak antara tempat tinggal dengan perkantoran dan pusat komersial. “Sehingga dapat dieliminer dari setiap sisi,” tukas Anton. Alasan utama lainnya lantaran terbatasnya lahan-lahan di Jakarta serta sulitnya memenuhi tuntutan kebutuhan. “Dari waktu ke waktu proyek mixed use akan semakin populer, karena tren perkotaan akan mengarah pada satu kawasan yang bisa mengakomodasi semua kebutuhan penghuni,” tukas Anton. Konsep perkotaan modern seperti inilah sebut Anton akan terus berubah. Jadi, bukan lagi sebagai tempat masyarakat sub urban datang dan pergi setiap pagi dan sore hari. Melainkan, telah menjadi pusat-pusat perekonomian di kantong-kantong wilayah pemukiman. “Penerapan konsep perkotaan seperti ini, akan meminimalkan penggunaan energi. Maka, membangun proyek mixed use adalah solusinya,” jelas Anton.
Proyek Prestisius
Berdirinya proyek-proyek properti mixed use yang dibangun pengembang tampaknya bukan sekedar menggabungkan hunian, perkantoran dan komersial melainkan telah menjadi nilai prestisius tersendiri. “Proyek jenis ini biasanya besar dan dinilai selalu dapat dibanggakan oleh pengembang. Dan, hampir di seluruh belahan dunia ini land mark pengembang properti adalah proyek mixed use”. Sedangkan, Presiden Direktur Bakrieland Development, Tbk Hiramsyah S. Thaib pernah menyebutkan, konsep mixed use sangat tepat menjawab tantangan dunia modern saat kini, karena akan membuat tingkat efisiensi semakin baik. Efisiensi itu diperoleh lantaran orang bisa tinggal, berbelanja, dan berkantor sekaligus. “Dan ini hanya bisa dilakukan jika orang tinggal dan berkantor disatu kawasan,” jelasnya. Hal lain juga datang dari pengembang Agung Podomoro Group. Alvin Andronicus, General Manager Podomoro City mengamini bahwa tinggal dan bekerja dalam satu kawasan mixed use bisa meningkatkan kualitas hidup. “Waktu istirahat bersama keluarga lebih banyak serta juga dapat menghemat ongkos transportasi dan meminimalisir kehilangan peluang pada bisnis akibat kemacetan,“ jelas Alvin. Jadi, siap-siaplah Anda menjadi tenar karena konsep bangunan campuran akan makin mekar berkibar.
Beberapa Megaproyek Yang Dibangun Dengan Konsep Mixed Use Development :
1. Central Park
Agung Podomoro Group saat ini mengembangkan kawasan Central Park yang merupakan bagian dari megaproyek Podomoro City diatas lahan seluas 21 Ha, dengan total investasi sekitar Rp7,35 triliun. Saat ini, proyek yang telah dibangun di Podomoro City adalah apartemen Mediterania Garden Residences, Mediterania Garden 2, Royal Mediterania Garden, dan Garden Shopping Arcade. Sedangkan Central Park, terdiri atas gedung perkantoran, mal, hotel skala internasional, dan tiga menara apartemen.
2. Green Bay
Agung Podomoro Land (APL) pengembang yang sukses dengan proyek-proyek besarnya, menghadirkan proyek properti yang merangkum apartemen, ruko, dan mal bertajuk Green Bay Pluit. Proyek yang dikembangkan diatas lahan 12,5 hektar terdiri dari 12 tower, 8 tower setinggi 36 lantai, dan 4 tower setinggi 33 lantai.
3. Ciputra World
Grup Ciputra melalui PT Ciputra Property Tbk saat ini telah mengembangkan proyek mixed use development Ciputra World Jakarta diatas tanah seluas 5,5 Ha dengan total biaya investasi sekitar Rp7 triliun. Proyek ini merupakan bangunan yang terdiri dari enam lantai pusat perbelanjaan, satu gedung apartemen, satu gedung hotel dan apartemen mewah, satu gedung perkantoran, dan lima lantai untuk areal parkir.
4. RA SUNA EPICENTRUM
Grup Bakrie melalui PT Bakrieland Development Tbk ini mengembangkan superblok Rasuna Epicentrum dengan investasi sekitar Rp17 triliun. Proyek properti yang dibangun di atas lahan sekitar 50 hektare (Ha) tersebut terdiri dari Bakrie Tower, The Wave Apartment, The Groove Condominium, Epicentrum Walk & Lifestyle Center, River Walk, dan Concert Hall dan Office Tower.
5.Grand Orchard
Proyek yang dibangun PT Summarecon Agung Tbk ini tercatat sukses dan terus mengembangkan proyek-proyek mereka di atas lahan seluas 550 Ha di Kelapa Gading seperti “Hunian Grand Orchard”, Mal Kelapa Gading, dan La Piazza. “Saat ini, lahan yang tersedia sekitar 70 Ha dan telah dibangun proyek Grand Orchard dan bangunan komersial sebagai pelengkapnya,” kata Direktur Utama Summarecon Agung Johanes Marzuki.
6. St Moritz & Kemang Village
Grup Lippo melalui PT Lippo Karawaci Tbk tengah mengembangkan proyek Kemang Village Residences dan The St Moritz. Kemang Village merupakan proyek properti kondominium, hotel, dan pusat perbelanjaan yang dibangun diatas lahan seluas 15,5 Ha, dengan total investasi sekitar Rp11 triliun. Sedangkan St Moritz adalah proyek yang terdiri dari 17 menara yang dibangun di atas lahan seluas 12 Ha, dengan investasi sekitar US$1,2 miliar.