RUMAH MENENGAH
- Kategori Induk: PROPERTY & REFERENSI BISNIS
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Rabu, 14 September 2011 07:00
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 2582
- 14 Sep
Permintaan terhadap rumah kelas tengah belakangan ini terus menunjukkan peningkatan. Bahkan, diproyeksikan prospek penjualannya akan terus menjulang dalam periode 2011 – 2020. “Meningkatnya daya beli masyarakat serta bertambahnya jumlah penduduk menjadi penentu naiknya permintaan akan rumah secara keseluruhan. Terutama untuk golongan menengah,” kata Panangian Simanungkalit Direktur Pusat Studi Properti Indonesia. Apalagi didorong oleh kebutuhan papan di Indonesia yang cukup besar ditambah kondusifnya iklim perekonomian, serta normalnya suku bunga perbankan. Rumah skala menengah memang mengandalkan kekuatan pada kualitas pengembangan yang baik dengan infrastruktur dan utilitas yang tertata rapi, didukung satu atau lebih fasilitas. Bahkan, secara keseluruhan rumah menengah sudah berjalan pengembangannya, dan telah ramai dihuni. Lokasi perumahannya pun tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Cibubur dan Bekasi.
Lokasi Masih Jadi Penentu
Mencari rumah kelas menengah di Jakarta, yang lokasinya berada di tengah kota saat kini mungkin mustahil ditemukan. Namun, jika Anda sedikit ke timur, disana berdiri kokoh perumahan kelas menengah seluas 270 Ha yang dikelola oleh Keppel Land asal Singapura bertajuk Jakarta Garden City (JGC). Adapun, proyek pembangunan perumahan yang dikembangkan sejak tahun 2008 oleh PT Mitra Sindo Sukses itu, bisa jadi pilihan Anda. Aksesnya pun terbilang mudah karena bisa dilalui lewat Cakung- Cilincing atau dari Jl Raya Bekasi. Sehingga kawasan JGC akan semakin meningkat nilai investasinya. Sedangkan di kawasan Cibubur, Cileungsi, Anda pun pasti tak habis menatap sederetan rumah menengah dengan gaya dan fasilitas yang ditawarkan pengembangnya. Kawasan disini diakui pertumbuhan propertinya sangat atraktif dan ekstensif. Dari aspek lokasi saja, kawasan disini sangat unik karena terdapat pertemuan tiga wilayah perbatasan sekaligus yakni, Jakarta, Bekasi, Bogor serta Depok. Khusus rumah menengah di Cibubur, Anda bisa menyambangi proyek residensial dari Harvest City yang dikembangkan PT Dwikarya Langgeng Sukses. Reputasi pengembang ini sudah tak diragukan lagi di bidang properti. Terbukti, lahan seluas 1.050 Ha siap dibangun untuk mewujudkan sebuah kawasan residensial berskala kota, lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya.
Satu lagi rumah menengah yang layak Anda sambangi adalah karya dari pengembang MetLand, lewat anak usahanya PT Kembang Griya Cahaya. Saat kini mereka menghadirkan rumah menengah bertajuk kluster Eboni, hunian berlantai dua yang mengusung konsep modern minimalis sebagai cita rasa stylish nan elegan. Kluster Eboni dibangun diatas lahan seluas 8 hektar dari 130 hektar lahan yang dikembangkan oleh Metland Transyogi. Sedangkan total unit yang dikembangkan berkisar 480 unit dengan dua tipe pilihan yang ditawarkan mulai dari harga Rp 480 juta hingga Rp. 900 jutaan. Bekasi pun layak Anda jadikan pilihan untuk membidik rumah menengah. Seperti proyek residensial Metland Tambun yang dikembangkan PT Metropolitan Permata Development. Yang paling teranyar saat kini adalah hadirnya kluster Limonia yang berada di kawasan sektor V. Rumah menengah dengan desain minimalis itu ditawarkan untuk tipe satu lantai dan dua lantai. Dan kisaran harganya mulai Rp 340 juta hingga Rp 600 juta. Meningkatnya daya beli masyarakat serta bertambahnya jumlah penduduk menjadi penentu naiknya permintaan akan rumah secara keseluruhan. Terutama untuk golongan menengah.
Pasar Menengah Naik Kelas
Rumah kelas menengah tercatat sebagai residensial yang mencetak tingkat permintaan tinggi. Secara umum masyarakat lebih memilih pembelian rumah kelas menengah sebagai hunian ketimbang investasi. Terdorong oleh permintaan tersebut, kini banyak pengembang serius menggarap perumahan kelas menengah. Bahkan, seakan tak henti memasok hunian bagi masyarakat kelas menengah. Motivasinya pun beragam, namun mereka tetap memiliki strategi untuk mempertahankan eksistensi pada pasar properti nasional. Harus diakui, tingkat permintaan di kelas menengah memang cukup tinggi. “Jadi berapapun jumlah unit yang dipasok pengembang, masyarakat akan menyerap seluruhnya,” kata Anton Sitorus pengamat properti Jones Lang Lasalle. Namun, menurut Anton persaingannya ternyata tak seketat yang dibayangkan. “Persaingan sudah tentu ada. Namun, karena pangsa pasarnya tinggi, persaingan tidak terlalu berat,” ungkapnya. Cuma, harapnya pengembang harus bisa menggelar serah terima unit hunian tepat waktu, sehingga tingkat kepercayaan konsumen pada pasar kelas menengah tetap tinggi. “Pasar residensial kelas menengah paling stabil, karena tidak terpengaruh gejolak ekonomi. Tidak seperti kelas atas atau bawah. Hal ini yang bisa membuat perumahan menengah naik pamor,” lanjutnya. Pangsa pasar masyarakat pembeli rumah kelas menengah merupakan yang terbesar di tanah air, dibandingkan segmen perumahan kelas atas maupun bawah. “Daya beli kelas menengah relatif di atas masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan akses ke perbankannya cukup baik”.