Konsep Berkelanjutan di Rumah Kreatif
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Senin, 19 Juli 2010 17:55
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 4484
- 19 Jul
Bagi mereka, mendapatkan suatu tempat tinggal yang layak saja, sudah merupakan suatu anugerah dan kebahagiaan tak terkira.
Peran rumah tidak sekedar sebagai wadah dimana keluarga tumbuh, namun juga sebagai wadah stimulasi dan landasan awal dari kesenangan dan kegembiraan sebuah keluarga. Bagi mantan anak jalanan, makna keluarga mungkin berbeda dengan kebanyakan orang. Namun intinya adalah hidup, tumbuh dan tinggal bersama-sama dalam satu atap, bisa disebut sebuah keluarga.Kepedulian terhadap kaum terpinggirkan khususnya pada mantan anak jalanan, telah ditunjukkan dengan membuat tempat tinggal (rumah) yang sangat layak buat mereka. Sebuah Yayasan Sosial Kampus Diakonia Mmodern (KDMm) yang terletak di kawasan Cibubur, Jakarta, merupakan yayasan yang bergerak dalam pembinaan anak jalanan. Mmelalui dana bantuan dari Deutsche Bank, telah dibangun sebuah tempat tinggal baru – melengkapi bangunan lain yang lebih dulu ada- , untuk menampung anak-anak jalanan.
Rumah yang didesain oleh Ary Mm Wibowo dan rekan ini, menerapkan konsep-konsep menarik. Fungsi bangunan sebagai wadah dan tempat berlindung anak-anak jalanan, menjadi titik tolak perancangan. Konsep yang diterapkan, selain terkait erat dengan penghuni yang akan tinggal disitu, juga mengangkat tema “sustainable”. Langkah ini sekaligus sebagai pembelajaran, agar penghuni dapat sadar akan lingkungan.
Material Aman, Ramah lingkungan
Rumah ini menempati tanah seluas 250 meter persegi dari keseluruhan kompleks yayasan yang luasnya mencapai 800 meter persegi. Bangunan satu lantai seluas 150 meter persegi ini, terdiri dari sepuluh kamar masing-masing berukuran 3x4 meter, serta tiga kamar mandi.
Desain rumah mengacu pada dua prinsip besar, yaitu prinsip keamanan material dan prinsip ramah lingkungan. Keamanan material harus diperhitungkan dengan cermat, mengingat beberapa penghuni rumah tersebut masih dalam tahap rehabilitasi faktor emosi. Karena itu, diperlukan rumah yang bebas dari material “rawan” hancur seperti kaca, kayu atau multipleks. Sedangkan prinsip ramah lingkungan yang diterapkan, bertujuan agar rumah ini dapat meningkatkan kesadaran penghuninya atas prinsip “hijau” atau ramah lingkungan.
Mengacu pada kedua prinsip dasar, arsitek menerapkan denah yang “ramping”. Ttata letak ruang yang diterapkan, memungkinkan setiap ruang dialiri udara dengan baik (optimum cross ventilation) karena semua ruang berhubungan dengan ruang luar. Tterdapat sepuluh buah kamar yang ditempatkan secara berjajar di bagian samping kanan dan kiri lahan, sedangkan bagian tengahnya difungsikan sebagai ruang komunal yang mendukung nteraksi penghuninya.
Arsitek juga menerapkan penggunaan material yang berkelanjutan (sustainable). Desain rumah ini, tidak menggunakan material kayu, melainkan dengan material beton atau semen ekspos, baik itu pada lantai, kusen pintu dan jendela. Selain itu, tidak ada satu bagian pun dari bangunan yang menggunakan kaca. Hhal ini merupakan prinsip keamanan untuk melindungi anak dari cedera.
Kusen jendela menggunakan frame besi siku yang dikombinasikan dengan bambu, sedangkan untuk kusen pintunya dari frame besi hollow yang dipadu dengan aksentuasi “lingkaran serabut kelapa” dan kerai bambu. Mmenariknya lagi, serabut tersebut adalah hasil kerajinan anak-anak yang tinggal di rumah tersebut. Penutup atap ruang kamar menggunakan atap metal. Di bagian plafonnya sengaja diekspos yang dilengkapi dengan wire frame yang berfungsi menahan lembaran matras karet untuk mereduksi bising air hujan serta aluminium sheet untuk insulasi panas.
Untuk menekan biaya, arsitek banyak melakukan langkah-langkah kreatif lewat penggunaan material sederhana dan gampang perolehannya. Mmeski sederhana, namun material diolah dengan kreatif hingga tak kalah menariknya dengan material yang mahal. Mmisalnya lampu unik terbuat dari corong plastik atau shower system di kamar mandi yang menggunakan pipa pralon bekas.
Sustainable
Konsep “sustainable” pada desain rumah ini tak sebatas pada gimmick semata. Bekerjasama dengan LIPI Bandung, toilet di rumah ini menerapkan sistem Bio Ttoilet yang menggunakan sistem toilet kering. Lewat sistem ini, konsumsi air dapat ditekan, karena hampir tidak melibatkan penggunaan air sama sekali. Ttak hanya itu, sistem pengolahannya pun memungkinan sisa fases yang bercampur dengan serbuk kayu dapat digunakan sebagai kompos. Selain itu, di halaman belakang rumah terdapat bak-bak untuk menampung air hujan, yang dialirkan melalui talang air. Air hasil tampungan dialirkan untuk selanjutnya digunakan kembali.
Melengkapi konsep sustainable yang diusung, seluruh material yang digunakan, didatangkan dari toko-toko bangunan dalam radius maksimal dua kilometer dari lokasi rumah. Selain menghemat, langkah ini juga cukup mengurangi emisi karbon atau pencemaran dari alat transportasi yang digunakan.
Rumah ini tak luput dari sentuhan estetika pada pengolahan lansekapnya. Bagian depan bangunan ditempatkan kolam ikan yang berfungsi sebagai penyaring debu, penurun suhu ruang sekaligus mengeliminasi nyamuk. Sedangkan bagian dak atapnya yang diproyeksikan tumbuh menjadi dua lantai, digunakan untuk pengembangbiakan tanaman hidroponik.
Proses pembangunan rumah ini tak kalah menariknya dengan desain rumah yang penuh kreatifitas. Karena, rumah ini “hanya” dibangun oleh tenaga yang terbatas, yaitu satu tukang, satu asisten tukang dan lima anak yang belajar mulai dari nol dalam proses pembangunannya. heran jika dikatakan, proses desain dan pembangunan rumah ini disebut sebagai proses pembelajaran bagi mantan anak-anak jalanan tersebut. Melalui kreatifitas, dapat diberikan suatu kemewahan, kenyamanan sekaligus pembelajaran bagi penghuni rumah ini. Hharapannya, rumah ini bisa menjadi wadah kreatifitas untuk anak-anak yang menghuninya.