RUMAH MINIMAL BUDGET
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Jumat, 03 April 2009 22:15
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 2756
- 03 Apr
Dengan lahan terbatas, Wiyoga Nurdiansyah yang akrab disapa Yoga, mendesain rumah secara fungsional dan kompak. Besaran ruang dipertimbangkan dengan cermat. Ruang-ruang direduksi seminimal mungkin untuk menekan biaya pembangunan. Yang penting fungsional dan masih memberikan kenyamanan.
Di atas lahan 90m2, dibangun rumah dua lantai dengan total bangunan seluas 95m2. Di lantai dasar, fungsi ruangan dimulai dengan penempatan pantry dan kamar pembantu. Sedikit di luar kebiasaan memang. Namun menurut Yoga, ini sebagai salah satu upaya mereduksi keberadaan zona privasi dalam sebuah rumah.
Ruang tamu sengaja ditiadakan. Yang ada adalah teras multifungsi yang terletak dibelakang carport. Kini seiring berjalannya waktu, teras yang dilapis dek kayu pada lantainya ini berfungsi sebagai area santai dan tempat bermain Yoga yunior alias si kecil Ken. Apalagi, teras ini berhadapan langsung dengan taman.
Teras dibatasi bidang kaca lebar dengan ruang makan, pantry dan ruang keluarga. Bukaan kaca lebar ini, menghilangkan batas visual antara ruang keluarga dan teras. Area teras ini sekaligus menjadi pusat orientasi keseluruhan ruang di rumah ini. Terutama dari dan ke arah pantry, ruang makan dan ruang keluarga yang menyatu dalam satu ruangan, tanpa sekat.
Ruang tidur utama ditempatkan di sisi belakang. Ukurannya tidak besar, hanya seluas 15m2. Cukup untuk fungsi tempat tidur, ruang kerja, ruang baju, ruang rias dan kamar mandi. Furnitur untuk ruang baju dan ruang rias didesain menyatu dengan arsitekturnya, berbentuk built-in furniture sehingga tidak memerlukan luasan yang besar. Ruang tidur utama juga berorientasi ke arah taman. Bukaan dibiarkan menganga lebar, untuk mendapatkan cahaya alam dan udara luar yang maksimal.
Di lantai atas, ditempatkan fungsi dua ruang tidur anak, mushola dan kamar mandi. Semuanya dalam ukuran yang pas dan fungsional. Lay out ruangan menyisakan lubang void sebagai koneksitas antara lantai dasar dan lantai atas. Area void yang ditutup kaca memberikan keleluasaan pandangan ke arah lantai dasar.
Meski desain rumah mengambil konsep reduksi, bukan berarti tampilannya menjadi minim estetika. Yoga banyak mendapat inspirasi desain rumah bergaya Jepang, yang diaplikasikan pada detil-detil horisontal yang menghiasi bidang-bidang kaca. Beberapa elemen ruang sengaja diberi sentuhan estetika secara khusus, untuk mengimbangi bagian lain yang direduksi. Semisal digunakannya kolom bulat di sudut kamar, yang “terlepas” dari bukaan kaca yang melingkupinya. Demikian pula dengan ekspose kayu pada teritisan atap.
Selain itu rumah pun tampil tanpa pagar depan dan penutup carport. Sebagai penegas batas teritori lahan, bagian depan rumah diurug setinggi batas jendela yang mengesankan kedinamisan. Namun ternyata, dibalik urugan tanah tersebut terdapat bak penyimpanan air. Sebuah solusi cerdas dalam efisiensi ruang.
Penerapan prinsip arsitektur tropis yang mengedepankan keterbukaan menjadi solusi melawan udara panas dalam rumah, sekaligus mengurangi penggunaan listrik. Karena itu pula meski ketinggian peil antar lantai rumah hanya setinggi 2.75m, ruangan tak terasa panas atau sumpek. Menurut Yoga, besaran batas ketinggian ini juga didasarkan pada pertimbangan penghematan material, yang juga berarti hemat biaya.
MATERIAL MENTAH
Hampir keseluruhan material yang digunakan di rumah ini dibiarkan mentah. Hanya plafon yang di-finish cat putih untuk menambah kesan lapang ruang-ruangnya. Material semen putih expose dipilih untuk mereduksi penggunaan cat pada semua dinding, baik eksterior maupun interior. Hal ini diyakini mengurangi pengaruh bau bahan kimia dari cat di setiap ruang. Selain itu, material yang dominan adalah kaca dan panel grc. Kaca digunakan untuk membingkai ruang luar, sedangkan panel grc digunakan sebagai pemisah yang bersifat masif. Grc contohnya digunakan pada pintu utama, pintu garasi, dan dinding wc service.
Konsisten dengan prinsip reduksi, Yoga pun meniadakan penggunaan kusen pintu dan jendela, serta meminimkan penggunaan kayu solid. Semua menggunakan kayu olahan, sehingga menjawab persoalan keterbatasan kayu saat ini. Sedangkan untuk atapnya menggunakan genteng plentong tanah liat. Pemilihan genteng ini didasarkan pada pengalaman turun temurun dari genteng rumah konvensional di Indonesia.
Penggunaan semua material mentah ini, diharapkan menonjolkan karakter arsitektur jujur pada rumah ini, arsitektur reduksi. Rumah ini memberi pembelajaran untuk tidak terjebak dalam bentuk dan kosmetik yang berlebih. Justru yang diharapkan adalah menonjolkan karakter rumah ini sebagai wujud arsitektur rumah tropis dengan konsep baru.